Touring motor selalu menyimpan cerita menarik, terlebih jika dilakukan lintas negara. Itulah pengalaman Syarif, biker asal Bogor dari komunitas Max ID Indonesia, yang berhasil menuntaskan perjalanan panjang menggunakan Yamaha NMAX.
Perjalanan ini tidak main-main. Ia menempuh rute Bogor – Pontianak – Malaysia – Brunei dengan total waktu sekitar dua minggu. Perjalanan efektif di atas motor memakan waktu 10 hari, sementara sisanya digunakan untuk istirahat, perjalanan laut, dan mengurus dokumen.
Bagi Syarif, touring ini bukan sekadar hobi, melainkan juga pencapaian luar biasa yang menunjukkan bahwa dengan tekad dan persiapan matang, mimpi touring antar negara bisa diwujudkan.
Syarif menegaskan bahwa persiapan adalah kunci utama. Motor yang dipakai touring harus benar-benar prima. Ia menggunakan Yamaha NMAX keluaran pertama tahun 2015, yang hingga kini masih awet tanpa kendala berarti.
Sebelum berangkat, ia melakukan pemeriksaan menyeluruh di bengkel:
- Mesin diperiksa total, termasuk ganti oli mesin dan oli gardan.
- Ban dicek, pastikan tidak tipis atau retak.
- Rem depan dan belakang dipastikan pakem.
- Aki dan sistem kelistrikan harus optimal.
- Part rawan aus, seperti kampas rem dan CVT, diganti sebelum berangkat.
Tidak kalah penting, kondisi tubuh juga harus fit. Touring ribuan kilometer menuntut stamina prima, sehingga istirahat cukup dan asupan nutrisi tidak boleh diabaikan.
Salah satu cerita paling berkesan bagi Syarif terjadi di perbatasan Indonesia–Malaysia. Ia sempat mengalami masalah karena paspor belum dicap resmi. Awalnya ia mengira sudah sah melewati pos imigrasi, padahal belum.
“Kalau motor hilang, masih bisa beli lagi. Tapi kalau paspor tidak distempel, itu masalah besar. Bisa dianggap ilegal masuk negara orang,” ujarnya.
Akhirnya ia harus kembali ke pos perbatasan untuk mendapatkan stempel resmi. Hal ini menjadi pelajaran penting: administrasi lebih krusial dibanding kondisi motor. Touring tanpa dokumen lengkap berisiko tinggi, bahkan bisa berurusan dengan hukum.
Begitu masuk ke Malaysia dan Brunei, Syarif langsung merasakan perbedaan dibandingkan jalan di Indonesia. Jalanan di Serawak dan Brunei terkenal sepi, mulus, dan rapi. Tidak banyak bus besar atau truk yang lalu lalang, sehingga perjalanan lebih nyaman.
Hal menarik lainnya adalah disiplin lalu lintas warga setempat. Meski lampu merah jarang ada, pengendara tetap patuh berhenti. Ternyata, setiap simpang dijaga oleh CCTV. Jika melanggar, surat tilang akan langsung dikirim ke alamat pelanggar.
Pengalaman ini membuat Syarif kagum, karena di Indonesia kemacetan sering terjadi akibat minimnya kedisiplinan pengguna jalan.
Touring lintas negara tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Syarif mengungkapkan bahwa total biaya touringnya mencapai sekitar Rp22 juta – Rp26 juta.
Rincian biaya meliputi:
- Dokumen & administrasi: Rp8–10 juta (paspor, visa, izin lintas negara).
- Transportasi kapal laut: ±Rp5 juta untuk motor dan penumpang.
- Akomodasi & konsumsi: ±Rp6–8 juta, tergantung lokasi dan gaya hidup.
- Bahan bakar & perawatan motor: ±Rp3–4 juta.
Jumlah ini belum termasuk pengeluaran tak terduga, sehingga Syarif menyiapkan dana cadangan. Baginya, pengalaman dan pelajaran yang diperoleh sepadan dengan biaya besar yang dikeluarkan.
Selain tantangan administrasi, banyak momen berkesan yang dialami Syarif. Salah satunya adalah ketika melaju di jalanan Brunei dengan kondisi mulus tanpa hambatan. “Gas motor bisa lebih stabil, suspensi terasa nyaman, dan pemandangan jalan raya sangat berbeda dengan Indonesia,” tuturnya.
Ia juga menyoroti keramahan masyarakat setempat. Meski bahasa yang digunakan adalah Melayu, komunikasinya tetap mudah karena bahasa Indonesia dan Melayu serumpun.
Tips Touring Lintas Negara ala Syarif
Bagi biker yang ingin mengikuti jejaknya, Syarif membagikan beberapa tips penting:
- Motor sehat, rider sehat. Pastikan motor dalam kondisi prima, dan tubuh juga siap menempuh perjalanan jauh.
- Siapkan dana cukup. Touring lintas negara tidak murah, jadi tabungan harus memadai.
- Lengkapi dokumen. Paspor, SIM internasional, STNK, dan izin lintas negara wajib sah.
- Cari informasi akurat. Gali pengalaman dari biker lain yang sudah lebih dulu touring ke negara tujuan.
- Manajemen waktu. Berkendara di siang hari lebih aman. Malam hari sebaiknya digunakan untuk istirahat.
- Berani bertanggung jawab. Touring sendirian berarti siap menghadapi semua risiko sendiri.
Touring sebagai Investasi Pengalaman
Bagi Syarif, touring lintas negara bukan hanya perjalanan fisik, melainkan juga investasi pengalaman. Ia belajar banyak hal: pentingnya disiplin, kesiapan administrasi, hingga manajemen perjalanan jauh.
Ia juga menegaskan bahwa touring ini adalah bentuk pencapaian pribadi. Dari titik nol Sabang, Lombok, hingga kini menaklukkan tiga negara, perjalanan ini menjadi catatan berharga dalam hidupnya.
Kisah touring Syarif dari Bogor hingga Brunei Darussalam membuktikan bahwa mimpi bisa diwujudkan dengan persiapan matang. Perjalanan dua minggu melintasi ribuan kilometer ini penuh dengan tantangan, mulai dari dokumen perbatasan hingga kondisi jalan yang berbeda.
Namun, semua terbayar dengan pengalaman tak ternilai: jalan mulus di Malaysia, kedisiplinan lalu lintas di Brunei, dan rasa bangga berhasil menyelesaikan touring antar negara.
Bagi para biker, cerita ini bisa menjadi inspirasi sekaligus panduan untuk merencanakan touring lintas negara. Tidak hanya butuh motor tangguh, tetapi juga mental baja, dana cukup, dan kesiapan menghadapi berbagai kemungkinan.